Suku Sasak

Suku Sasak diyakini sudah menempati Pulau Lombok sejak 4000 tahun sebelum Masehi. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Suku Sasak merupakan pencampuran dari penghuni asli Pulau Lombok dengan Suku Jawa yang datang ke pulau tersebut. Adapun Suku Jawa tersebut merupakan warga dari kerajaan Mataram Kuno yang datang ke sana.

Sasak (aksara Sasak: ᬲᬸᬓᬸ​ᬲᬲᬓ᭄; Jawi: سوكو ساساك ) adalah suatu kelompok etnis yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan bahasa Sasak dan sebagian besar suku Sasak beragama Islam

Kata Sasak berasal dari kata sak sak, artinya satu satu. Kata sak juga dipakai oleh sebagian suku Dayak di pulau Kalimantan untuk mengatakan satu. Orang Sasak terkenal pintar membuat kain dengan cara menenun, dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa dan siap berumah tangga jika sudah pandai menenun. Menenun dalam bahasa orang Sasak adalah Sèsèk.

Kata sèsèk berasal dari kata sesak,sesek atau saksak. Sèsèk dilakukan dengan cara memasukkan benang satu persatu (sak sak), kemudian benang disesakkan atau dirapatkan hingga sesak dan padat untuk menjadi bentuk kain dengan cara memukul mukulkan alat tenun. Uniknya suara yang terdengar ketika memukul mukul alat tenun itupun terdengar seperti suara sak sak dan hanya dilakukan dua kali saja.

Juga Nama “Sasak” pada suku ini pertama kali ditemukan pada Prasasti Pujungan yang ditemukan di Tabanan, Bali, pada abad ke-11. Ada yang menduga jika nama “Sasak” berasal dari kata sak-sak yang berarti “sampan”.

Nama Sasak juga termaktub dalam Kitab Negara Kertagama, dimana kata tersebut bersanding dengan nama Pulau Lombok. Pada kitab tersebut, Sasak dan Lombok disebut Lombok Mirah Sasak Adi. Sebutan tersebut juga bisa ditemukan pada kakawin Nagarakretagama gubahan Mpu Prapanca.

Jika diterjemahkan satu per satu, Lombok memiliki arti “lurus atau jujur”; Mirah berarti “permata”; Sasak berarti “kenyataan”; dan Adi yang berarti “baik atau utama”. Jika keempat arti itu disatukan, maka akan menghasilkan kalimat “Kejujuran Adalah Permata Kenyataan yang Baik”.

Sesuai namanya, Suku Sasak menggunakan Bahasa Sasak sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, terutama oleh Suku Sasak yang ada di pedesaan. Untuk ranah pendidikan, perkantoran, serta komunikasi antar etnis, warga Sasak akan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Seperti halnya Bahasa Jawa, Bahasa Sasak juga memiliki tingkatan bahasa, mulai dari yang formal sampai non formal. Penggunaan tingkatan bahasanya disesuaikan dengan siapa yang menjadi lawan bicara. Jika lawan bicara adalah orang yang lebih tua atau orang yang dihormati, bahasa yang digunakan akan cenderung formal. Sedangkan bahasa non formal atau semi formal akan digunakan kepada teman sejawat, orang yang seumuran, atau orang yang umurnya lebih muda.